Ust H Muhalimin Lc, MA (imam masjid Mujahidin Surabaya)
Etika Bertetangga dalam Islam
Gresik – Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Sallam bersabda, sebagaimana di dalam hadits Abu Hurairah Radhiallaahu anhu : “….Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari Akhir, maka hendaklah ia memu-liakan tetangganya”. Dan di dalam riwayat lain disebutkan: “hendaklah ia berprilaku baik terhadap tetangganya”. (Muttafaq’alaih).
“Kita wajib berperilaku baik terhadap tetangga” Tegas Ustad Muhalimin
“Sembahlah Allah dan Janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapak, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri” (QS. An Nisaa 36).
Pada kesempatan tersebut Ust Muhalimin menceritakan bahwa pada tahun 2005 ada seorang ibu yang membawa anaknya yang sudah meninggal karena terkena TBC dan tidak mampu mengobatinya sehingga mayatnya dibawa pulang dari Jakarta ke Bogor menggunakan kereta, akan tetapi yang menjadi miris adalah tidak adanya pihak yang mempdulikan hal itu hal ini iperparah dengan ditangkapnya ibu itu oleh polisi di stasiun
Ada beberapa ibroh dari kjadian itu bahwa kita harus semakin peduli terhadap kondisi tetangga kita, sehingga kejadian yang demikian tidaklah terjadi lagi,
Ada beberapa kiat yang disampaikan ust Muhalimin terkait bagaimana kita berhubungan dengan tetangga :
1. Sering bertegus sapa
2. Memberikan sebagian makanan
3 Membantu jika ada musibah atau ada hajatan
4. Mangahdiri jika ada acara
5. Mengajak ke majelis taklim
6. Mengajak rihlah atau bepergian
Semakin berkembangnya kebudayaan dan masyarakat menyebabkan semakin komplek bagaimana kita berhubungan dengan tetangga ditambah lagi adanya social media oleh karena itu ditambahkan setelah ada beberapa jamaah yang bertanya antara lain aalah kita sering-sering berkomunikasi dengan sesama tetangga agar seimbang hubungan kita dengan Allah juga hubungan kita dengan manusia.
Penghambaan kepada Allah swt harus selaras dengan pergaulan kita terhadap berbagai kelompok manusia sebagaimana Firman-Nya di atas. Salah satunya adalah tetangga. Nabi saw pernah bersabda, “Jibril terus menerus berwasiat kepadaku (agar aku berbuat baik) kepada tetangga sehingga aku menyangka bahwa Jibril akan menjadikannya ahli waris” (Muttafaq alaihi).
Tetangga ibarat saudara ‘terdekat’ kita. Merekalah paling dahulu mengulurkan tangan jika kita punya hajat. Seolah-olah mereka telah menjadi saudara kita meski terkadang tidak ada hubungan darah. Etika bertetangga menjadi sangat penting ketika kehidupan modern saat ini cenderung materialistik dan individualistik. Sudah sepantasnya bagi mukmin untuk memperhatikan adab-adab bertetangga yang diajarkan Nabi saw. Berikut ini paparannya :
1. Mengucapkan salam dan tersenyum jika bertemu.
Nabi saw. bersabda, “Janganlah meremehkan kebaikan sekecil apapun meskipun hanya dengan menampakkan wajah yang berseri-seri saat kamu menjumpai saudaramu” (HR. Muslim).
2. Menjenguknya jika sakit dan bergegas memberi pertolongan ketika dibutuhkan atau diundang.
3. Berta’ziah (menghiburnya) ketika sedang ditimpa musibah atau bencana atau kematian.
4. Ikut bergembira jika ia bergembira dan memberikan ucapan selamat.
5. Memaafkan kesalahan, menutupi aibnya, dan mengingatkannya dengan lemah lembut atas kesalahannya.
6. Berkasih sayang dalam bergaul dengan anaknya dan memberi nasihat yang baik kepada mereka.
7. Menjaga pandangan mata, tidak selalu menyelidiki rahasia-rahasia, menjaga kehormatannya, dan menjaga rumahnya ketika ia sedang tidak di tempat.
Rasulullah saw bersabda, “Hindarilah oleh kamu sekalian berburuk sangka karena buruk sangka adalah ucapan yang paling dusta. Janganlah kamu sekalian saling memata-matai yang lain, janganlah saling mencari-cari aib yang lain, janganlah kamu saling bersaing (kemegahan dunia), janganlah kamu saling mendengki dan janganlah kamu saling membenci dan janganlah kamu saling bermusuhan tetapi jadilah hamba-hamba Allah yang bersaudara” (HR. Muslim).
8. Menjaga suara (radio atau TV) agar tidak mengganggunya terutama diwaktu- waktu istirahat.
9. Tidak menyakiti dengan cara menyempitkan jalan untuk dia atau membuang kotoran atau sampah di dekat rumahnya.
Dalam suatu kesempatan, Nabi saw bersabda, “Demi Allah, tidak beriman! Demi Allah, tidak beriman!” Para sahabat bertanya, “Siapa wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Orang yang tetangganya tidak aman dari kejahatan-kejahatannya” (Muttafaq alaihi).
10. Tidak melanggar batas wilayah hunian.
Nabi saw bersabda, “Barangsiapa menzalimi seseorang dengan sejengkal tanah, maka Allah mengalungkannya kepadanya tujuh lapis bumi (pada hari kiamat)” (Muttafaq alaihi).
11. Tidak meninggikan bangunan sehingga menghalanginya dari sinar matahari atau udara kecuali dengan seizinnya (HR. Thabarani)
12. Memberi nasihat dan ikhlas bermusyawarah dalam urusan dunia maupun akhirat.
13. Bersikap sabar atas gangguan, kelakuan kasar, dan sikap tak acuhnya.
14. Saling memberi.
Nabi saw. bersabda, “Saling memberi hadiah lah kalian, niscaya kalian saling mencintai dan hilang (dari kalian) kebencian” (HR. Imam Malik). Aisyah ra pernah bertanya, “Sesungguhnya saya punya 2 tetangga, kepada siapa diantara keduanya saya memberi hadiah? Nabi saw menjawab, “Kepada yang pintunya paling dekat dengan kamu” (HR. Bukhari).
15. Menunaikan hak-hak tetangga.
Tetangga dibagi menjadi 3 kelompok. Pertama, tetangga yang juga kerabat dan muslim. Mereka ini mendapat 3 hak (hak tetangga, kerabat, dan muslim). Kedua, tetangga dengan 2 hak (tetangga muslim bukan kerabat). Ketiga, tetangga dengan 1 hak (nonmuslim bukan kerabat).
Nabi saw. bersabda, “Apakah kalian mengerti apa hak tetangga itu? Jika ia meminta pertolongan kepadamu, maka tolonglah. Jika ia minta bantuan, bantulah. Jika ia meminta piutang, maka utangilah. Jika ia fakir, maka tengoklah. Jika ia sakit, maka jenguklah. Jika ia meninggal, maka antarkanlah jenazahnya. Jika ia mendapat kebaikan, ucapkanlah selamat (tahni’ah). Jika ia tertimpa musibah, hiburlah (ta’ziah). Jangan kamu ungguli (meninggikan bangunan di atas) bangunannya sehingga ia terhalang angin (udara) kecuali dengan izinnya. Jika kamu membeli buah, maka hadiahkan kepadanya. Apabila tidak maka. masukkanlah buah itu dengan rahasia. Janganlah anakmu membawa keluar buah itu untuk membuat marah anaknya. Janganlah kamu sakiti ia dengan asap masakanmu kecuali kamu mengambilkan masakan itu untuk dia.” Kemudian beliau meneruskan seraya bersabda, “Apakah kalian tahu hak tetangga itu? Demi Zat yang diriku di tangan-Nya, hak tetangga tidak sampai kecuali kepada orang yang dirahmati Allah” (HR. Thabarani).
Sumber : Al Falah
Problematika Keluarga
1 minggu yang lalu