Cari Blog Ini
Daftar Blog Saya
-
Problematika Keluarga1 minggu yang lalu
-
Archives
Pengikut
Sabtu, 16 Januari 2010
HAKEKAT IMAN
Iman Kebutuhan Mutlak
Iman merupakan kebuthan mutlak (Dharurah) setiap orang , karena setiap orang tanpa kecuali niscaya ingin hidup tenang , stabil , mantap dan kokoh tahan goncangan . Untuk ini setiap insan perlu pegangan berupa keimanan, sebagai kepercayaan paling kokoh , paling dalam dan paling tinggi.Tanpa iman manusia terombang - ambing dalam keraguan , bahkan didera oleh kebingungan untuk kemudian tercampak dalam ketidak berdayaan dan kehinaan.
Prof David Trueblood dalm filsafat Agama menyebutkan sebuah ungkapan dari kalangan filosof, bahwa jika diandaikan Tuhan itu tidak ada niscaya manusia perlu melukiskan keberadaan-Nya didalam fikiran dan hati mereka untuk mendapatkan ketenangan dan pegangan dalam hidupnya.
Tapi sejatinya Tuhan itu ada karenanya manusia dan jagat raya inipun ada.Persoalannya adalah bagaimana manusia menambatkan seluruh jiwanya kepada Tuhan melalui ikatan iman yang benar yang sesuai dengan kebenaran Tuhan itu sendiri.
Penderitaan dalam krisis iman yang dialami oleh manusia digambarkan dalam Al-Qur’an : “Laksana orang yang jatuh dari langit ( angkasa) dan disambar oleh burung atau dibawa angin dilemparkan ketempat yang jauh” ( Al-hajj : 31)
Pengertian Iman
Secara istilah (terminologis) iman disebut juga ‘aqidah atau tauhid. Disebut iman karena memberikan perasaan tenang atau ithimi’nan di dada dan pikiran orang yang memilikinya , memberikan perasaan aman bagi orang lain. Disebut Aqidah , karena iman menjadi simpul pengikat dan jalinan akad (transaksi) antara manusia dengan Tuhannya, dimana manusia menghadirkan Tuhan dihati, fikiran dan dalam hidup kesehariannya.Dinamau Tauhid , karena ajaran iman bersumber dan bermuara pada pengesaan Allah secara Mutlak , baik pada Dzat , sifat maupun perbuatan (af’alNya)
Dari Mentauhidkan Allah atau Tauhidullah ini membawa suatu tauhidul uswah yakni penyatuan contoh keteladanan bagi manusia dalam pribadi Rosulullah SAW .Demikian pula penyatuab kepribadian insan yang utuh sehingga tidak terjadi split personality atau kepribadian yang terbelah. Begitu pun dimensi penyatuan seluruh manusia sebagai hamba Allah , dan penyatuan manusia dengan makhluk Allah yang lainnya agar perjalanan hidup ini sesuai dengan hukum yang telah ditetapkan-Nya dalam suatu kemitraan global.
Diantara ayat Al-Qur’an yang melandasi keterangan diatas adalah : Arra’du : 28, Fusshilat : 30-31, Al hujurat : 15 , Al ahzab : 72-73.
Hakekat iman
Dengan mensyaratkan kefahaman , keyakinan , serta pembuktian secara nyata dalam kehidupan , hakekat iman yang ditanamkan oleh Islam mencakup hal-hal esensial yang mendasar , seperti :
a. Meyakini tanpa sedikit keraguan dan membenarkan tanpa “ Catatan “ bahwa hanya Allahlah Tuhan yang sejati ( haq) , dan selain-Nya adalah batil. demikian ditegaskan dalamAl-Qur’an Surat Yunus : 31-32 dan surat Al-hajj : 62
Tuhan sejati atau Rabb yang haq adalah maha pencipgta ( Al Khaliq),pemilik serta penguasa ( Al Malik), pengatur tata alam dan kehidupan ( Al Mudabbir). Dialah pemilik Asmaul husna wal shifat al ‘ulya atau nama nama paling indah dan segala sifat kesempurnaan.Dialah Ilah atau sembahan dalam segala ma’na dan manifestasinya , sebagaimana dijelaskan dalam hakekat ‘ibadah
b. Membenarkan serta menerima semua yang diwahyukan Allah , berupa berita masa silam , informasi tentang masa depan , aturan atau hukum untuk masa sekarang , dan janji (Wa’dun) maupun ancaman Nya (Wa’dun) .Pada Pokoknya dirumuskan dengan mengimani Arkanul iman yakni pilar-pilar iman . Tapi jelas iman itu selalu Totalitas sebagaimana bangunan yang utuh,bukan hanya berupa pilar pilar semata. Demikan dinyatakan dalam Al-Qur’an surah Al-baqoroh: 285
c. Tunduk patuh secara mutlak dan total kepada semua aturan kitabullah dan sunnah Rosulullah SAW. Bersikap taqwa dan sam’an wa tha’atan yakni penuh perhatian dan ketaatan kepada Allah . Al-qur’an menegaskan hakekat ini dalam surah Ali imran : 102-103 dan An-nur : 51
d. Muroqobatullah, yakni merasakan kedekatan dan senantiasa dalam pengawasan Allah atau ma’iyatullah dalam segala situasi, ruang dan waktu.Tentang hakekat ini dapat disimak firman Allah dalam surah Ali-imran : 173 dan Surah Al- mujadilah :7
e. Mencintai kebaikan dan orang yang membawakannya serta membenci keburukan orang yang membawanya.Cerminannya dalam sikap keberpihakan, dukungan ,pembelaan serta keterlibatan penuh pada setiap kebaikan dan sebaliknya. Dalam hadits disebutkan : “Siapa yang gembira atau simpati dengan kebaikan dan kesan atau antipati dengan keburukan , maka ia adalah seorang yang beriman”.
f. Meyakini kepastian perkara gaibyang diinformasikan atau dijanjikan Allah meskipun belum didukung bahkan berlawanan dengan fenomena yang ada.Sebab setiap perkara yang difirmankan Allahmerupakan ketetapan-Nya yang pasti terjadi (Alahzab :38) dan tentang sikap orang beriman digambarkan dalam surah Al baqoroh : 249
Realisasi Iman
Pengakuan iman menemukan maknanya dalam realisasi amal yang melibatkan seluruh unsur dari diri manusia. Berupa siap batin,pola pikir , dan sikap moral dalam merespon segala peristiwa dalam kehidupan. Realisasi iman atau nilai-nilai Tauhid yang diajarkan Islam akan nampak dalam hal hal berikut :
a. Ma’rifatullah haqqal ma’rifah , yakni mengenali Allah secara benar sebagaimana yang dijelaskan oleh Alqur’an dan Assunah ( surah Muhammad : 19)
b. Al ikhlas , dalam melakukan ‘Ibadah dan amal shalih ,Yakni hanya bertujan yang dibenarkan oleh Islam dan demi mendapatkan ridlo Allah SWT ( Albayyinah : 5)
c. Iltizam , yakni komitmen dengan sunnah yang diajarkan / dicontohkan oleh Rosulullah SAW . Dan Hanief yakni condong kepada setiap kebenaran (Ali Imran :31, Annisa : 80)
d. Menolak untuk tunduk kepada segala bentuk Thagut, yakni pihak yang punya otoritas diluar kerangka ketaatan kepada Allah . (Annahl : 36, Albaqarah : 256)
e. Membersihkan diri dan lingkungan dari segala sifat dan fenomena kemusyrikan ( Al Kahfi:110)
f. Senang melakukan Aktivitas yang bernilai Jihad fisabilillah ( Alhujurat : 15)
Wallahu a’lam bi shawab
ESENSI RUKUN ISLAM DAN PENERAPANNYA DALAM KEHIDUPAN
DAN PENERAPANNYA DALAM KEHIDUPAN
A. Makna Rukun Islam
Rukun Islam adalah bangunan pokok ajaran Islam dalam bidang amaliyah. Ia merupakan buah dari keyakinan terhadap rukun iman. Disaat Jibril bertanya tentang Islam, Rasulullah saw menjawabnya dengan menyebutkan bangunan pokoknya. Rasulullah saw bersabda :
الإسلام : أن تشهد أن لا إله إلا الله و أن محمدا رسول الله , وتقيم الصلاة , وتؤتي الزكاة
وتصوم رمضان وتحج البيت من استطعت إليه سبيلا
“Islam adalah : Engkau mengucapkan dan bersaksi bahwa tiada ilah selain Allah dan Muhammad adalah Rasulullah; engkau melaksanakan sholat; engkau menunaikan zakat; engkau melaksanakan puasa; dan melaksanakan ibadah haji jika engkau memiliki kesanggupan”.
Rukun Islam menempati posisi utama dalam bangunan Islam. Tanpanya identitas Islam akan kabur, sehingga orang akan sulit mengidentifikasi apakah seseorang itu muslim atau bukan. Tetapi rukun Islam bukan segalanya dalam Islam, karena masih banyak ajaran Islam yang lain yang juga wajib, sangat dianjurkan, dan dianjurkan untuk dilaksanakan.
B. Esensi Rukun Islam
Diantara esensi Rukun Islam dalam kehidupan muslim adalah :
1. Menunjukkan identitas diri bahwa kita adalah muslim.
Disaat Allah memerintahkan kita untuk mengikrarkan diri di hadapan ummat manusia bahwa kita adalah muslim ( فإن تولوا فقولوا اشهدوا أنا مسلمون / Jika mereka berpaling dari ajakanmu, maka ucapkan : saksikanlah bahwa kami adalah muslim ); maka pekerjaan paling utama yang membedakan kita dengan orang yang mengingkari ajaran Islam adalah melaksanakan rukun Islam.
Di antara dalil yang menunjukkan bahwa rukun Islam adalah identitas :
a. Sabda Rasulullah saw tentang sholat. Rasulullah saw bersabda :
عن جابر قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : "بين الرجل وبين الكفر ترك
الصلاة " (رواه أحمد ومسلم وأبو داود والترمذي وابن ماجة )
Dari Jabir, Rasulullah saw bersabda : Perbedaan antara seorang muslim dengan kekufuran adalah meninggalkan sholat”
b. Sabda Rasulullah saw tentang pensejajaran posisi antara syahadat, sholat dan zakat. Rasulullah saw bersabda :
عن ابن عمر رضي الله عنهما أن النبي صلى الله عليه وسلم قال : " أمرت أن أقاتل
الناس حتى يشهدوا أن لا إله إلا الله , وأن محمدا رسول الله , ويقيموا الصـلاة ,
ويؤتوا الزكاة , فإذا فعلوا ذلك عصموا مني دماءهم وأموالهم إلا بحق الإســلام
وحسابهم على الله (رواه البخاري ومسلم )
“Dari Ibnu Umar ra, sesungguhnya Nabi saw bersabda : “Aku diperintahkan untuk memerangi manusia sehingga mereka mengucapkan kalimat syahadat, mendirikan sholat dan menunaikan zakat. Jika mereka melakukan hal tersebut, maka darah dan harta mereka terjaga dariku, kecuali penumpahan darah yang dibenarkan menurut ajaran Islam, dan perhitungan tersebut kembali kepada Allah”
c. Sunnah khalifah Abu Bakar yang memerangi orang yang membangkang untuk membayar zakat. Andaikan zakat bukan identitas, Abu Bakar tidak akan memerangi orang-orang tersebut karena darah mereka adalah haram untuk ditumpahkan.
2. Rukun Islam yang tercantum dalam Al Qur’an adalah santapan lezat dan sehat buat hati seorang muslim
Rasulullah saw bersabda :
عن عبد الله بن مسعود قال : هذا القرآن مأدبة الله فخذوا منه ما استطعتم …
(رواه الدارمي)
“Sesungguhnya Al Qur’an ini adalah hidangan Allah, ambillah darinya sebanyak mungkin…”
3. Rukun Islam merupakan sarana untuk membersihkan hati dan memperoleh derajat taqwa.
Seluruh ibadah yang disyariatkan semuanya bermuara kepada pembersihan hati.
Sholat diperintahkan untuk mengingat Allah; dan mengingat Allah adalah sarana paling efektif untuk membersihkan hati. Selain untuk mengingat Allah, sholat berfungsi secara sosial untuk mencegah degradasi moral dan kejahatan. Jika masyarakat bersih dari perilaku moral menyimpang dan tindakan kriminal, hati akan semakin kondusif untuk terjaga kebersihannya. Allah swt berfirman :
وأقم الصلاة لذكري
“Dan dirikanlah sholat untuk mengingat-Ku” (Thaha : 14)
وأقم الصلاة , إن الصلاة تنهى عن الفحشاء والمنكر
“Dan dirikanlah sholat, sesungguhnya sholat dapat mencegah dari perbuatan keji dan munkar” ( Al Ankabut : 45)
Zakat adalah ibadah yang berfungsi untuk membersihkan harta dari hak orang lain yang ada di harta kita dan juga untuk membersihkan hati orang yang mengeluarkannya dari penyakit kikir, bakhil dan anti sosial.
Allah berfirman :
وسيجنبها الاتقى , الذي يؤتي ماله يتزكى ( الليل : 17-18)
“Dan kelak akan dijauhkan orang yang paling taqwa dari neraka itu, yang menafkahkan hartanya (di jalan Allah) untuk membersihkannya”.
Puasa adalah diantara sarana yang paling efektif untuk mensucikan jiwa. Dengan kesucian hati kita akan merasakan kedekatan dengan Allah swt. Itulah sebabnya di sela-sela ayat puasa, Allah mengatakan akan mengabulkan permintaan hamba-Nya yang berpuasa, karena mereka sedang dekat dengan-Nya.
Kesucian hati merupakan segalanya dalam Islam, karena Allah hanya akan memandang hati kita, tidak kepada yang lain. Semua harta yang kita kumpulkan dan anak keturunan tidak ada nilainya di sisi Allah swt. Allah berfirman :
يوم لا ينفع مال ولا بنون , إلا من أتى الله بقلب سليم
“(yaitu) di hari harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna, kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih”. ((Q.S. Asy Syu’ara : 88-89)
Rasulullah saw bersabda :
إن الله لا ينظر إلى أجسامكم ولا إلى صوركم ولكن ينظر إلى قلوبكم وأعمالكم
“Sesungguhnya Allah tidak memandang bentuk tubuh kalian, dan tidak juga kepada rupa kalian, akan tetapi memandang kepada hati-hati dan amalan-amalan kalian”. (HR. . Muslim)
Dengan kebersihan hati, seorang muslim mampu menyesuaikan diri dengan perintah Tuhannya. Apapun yang diperintahkan Allah kepadanya mampu dia laksanakan. Dia akan merasakan kenikmatan bermunajat dan berjuang di jalan Allah swt. Inilah rahasia kenapa orang-orang yang bertakwa yang hatinya bersih sangat ringan langkahnya menjalankan perintah; dan di saat yang sama orang-orang yang hatinya berpenyakit merasakan perintah Allah sebagai azab yang menyiksa mereka.
4. Dengan melaksanakan rukun Islam secara baik, diharapkan benteng Islam menjadi kokoh. Ia tidak mudah dimasuki oleh maling-maling yang mengintai setiap saat kelalaian kita.
Rasulullah mengibaratkan sholat sebagai pilar bangunan Islam dan puasa sebagai benteng atau dindingnya. Jika jumlah kaum muslimin yang tidak mengerjakan sholat dan puasa adalah separohnya, maka kita membayangkan betapa rapuhnya bangunan Islam. Pilarnya sudah tidak tegak berdiri bahkan berpotensi ambruk dan dindingnya hanya tinggal menutupi setengah bangunan yang ada. Bangunan yang kondisinya sudah seperti ini sudah tidak layak huni, karena sewaktu-waktu bisa ambruk, dimasuki maling yang membuat penghuninya tidak betah.
C. Kiat Menerapkan Rukun Islam dalam Kehidupan
Agar rukun Islam dapat dilaksanakan dalam kehidupan, ada beberapa cara yang perlu kita terapkan :
1. Mempelajari setiap rukun Islam secara baik. Untuk buku standar dalam hal ini dapat dirujuk buku Prinsip-Prinsip Islam Dalam Kehidupan, karya Prof. DR. Abdullah Al Muslih, terbitan Al Haramain Jakarta.
2. Membuat jadwal aktivitas ibadah dan mengevaluasinya setiap hari. Apakah saya telah melaksanakan sholat ? Apakah saya sudah mulai melaksanakan sholat di masjid ? Apakah saya mulai melaksanakan sholat-sholat sebagai tambahan dari sholat wajib ? Apakah saya sudah menzakatkan harta yang saya miliki ? Dst …Lalu lakukan evaluasi menjelang subuh setelah anda sholat tahajjud. Sambil mengucapkan istighfar meenung akan kekurangan dan kesalahan yang dilakukan sehari, kita bertekad untuk terus meningkatkan kualitas ibadah yang telah kita lakukan.
3. Membuat majlis untuk saling mengingatkan.
Diantara ancaman serius yang menimpa setiap manusia adalah sering dan mudah lupa. Mengetahui bahwa manusia memiliki sifat ini, maka Allah memerintahkan kita untuk menghidupkan majlis saling mengingatkan Allah sangat menyenangi orang yang hidup bersama dan hanya mencinta karena-Nya. Dan sebaliknya serigala-serigala sangat senang mengintai mangsa yang menjauh dari rombongannya.
D. Penutup
Pekerjaan paling utama dan paling disenangi Allah adalah amalan fardhu. Dan amalan fardhu yang paling utama adalah rukun Islam. Di saat kita berusaha melaksanakan amalan rukun Islam secara baik, mudah-mudahan kita akan menjadi kekasih-kekasih Allah. Amiin
AL QUR’AN DAN IMUNITAS TUBUH
Dalam satu konfrensi kedokteran di Cairo beberapa waktu yang lalu, Doktor Ahmad Al Qodli, ahli penyakit jantung dan direktur Lembaga Pendidikan dan Penelitian Kedokteran Islam di Amerika, menyatakan bahwa mendengarkan atau membaca Al Qur’an mampu menimbulkan ketenangan jiwa yang menyebabkan peningkatan daya imunitas tubuh melawan serangan penyakit.
Kesimpulan ini disampaikan dalam konfrensi tersebut setelah mengadakan riset lapangan terhadap 210 pasien sukarela selama 48 kali pengobatan yang dibarengi dengan membaca Al Qur’an atau memperdengarkannya. Ternyata 77% dari simpel acak yang terdiri dari muslim dan non muslim tersebut, menampakkan adanya gejala pengenduran saraf yang tegang dan selanjutnya menimbulkan ketenangan dalam jiwa. Semua gejala tadi direkam dengan alat pendeteksi elektronik yang dilengkapi dengan komputer untuk mengukur setiap perubahan yang terjadi dalam tubuh selama pengobatan. Menurut al Qodli, berkurangnya ketegangan saraf ini mampu mengaktifkan dan meningkatkan daya imunitas tubuh dan mempercepat proses kesembuhan pasien.
Penemuan ilmiah ini menunjukkan salah satu kemukjizatan sunnah Nabawiyah yang menyatakan:
ما اجتمع قوم في بيت من بيوت الله يتلون القرآن ويتدارسونه إلا حفت عليهم الملائكة ونزلت عليهم السكينة وغشيتهم الرحمة وذكر الله فيمن عنده. (رواه مسلم وأصحاب سنن واين حبان والحاكم)
“Dan tiadalah suatu kaum berkumpul di salah satu rumah Allah (masjid) membaca Kitabullah (Al Qur’an) dan mempelajarinya, kecuali akan dikelilingi Malaikat, dianugrahi ketenangan, diliputi rahmat dan disebut-sebut Allah dihadapan mahluk yang dekat kepada-Nya” (HR. Muslim, Ashabus Sunan, Ibnu Hibban dan Al Hakim).
Hadits Nabawi di atas menyebutkan bahwa orang yang membaca dan mempelajari Al Qur’an, minimal akan mendapat empat keutamaan:
Pertama, para Malaikat akan mengelilingi orang-orang yang sedang belajar Al Qur’an. Maksudnya, ikut mendengarkan bacaan mereka, menyalami dan memelihara mereka dari berbagai bala’ dan musibah.
Kedua, orang-orang yang membaca atau mendengarkan Al Qur’an akan dianugrahi ketenangan jiwa. Maksudnya, ia akan berhati bersih berkat cahaya Al Qur’an, hilang rasa kebimbangan dan kegundahan jiwanya, kemudian dilimpahi nur Ilahi dalam hatinya. Ketenangan jiwa inilah yang membawa dirinya taat kepada Allah sehingga menjadi sehat jasmani dan rohaninya. Allah menegaskan dalam firman-Nya: “Ingatlah, hanya dengan menginat Allah-lah (dzikrullah) hati menjadi tenang” (QS. Ar Ro’d:28). Membaca Al Qur’an termasuk juga di dalamnya dzikrullah ini.
Ketiga, membaca dan mendengar Al Qur’an akan mendapat limpahan rahmat dan berkat dari Allah SWT. Allah telah menyatakan hal ini dalam surat Al ‘Araaf ayat 204: “Dan apabila dibacakan Al Qur’an, maka dengarkanlah baik-baik dan perhatikanlah dengan tenang agar kamu mendapat rahmat”.
Keempat, orang yang mempelajari Al Qur’an akan disebut-sebut Allah dikalangan para Malaikat al muqorrobin. Allah berkata kepada mereka, “Lihatlah hamba-hamba-Ku sedang berdzikir kepada-Ku dan membaca kitab-Ku” . Ini adalah kemuliaan yang besar yang dianugrahkan kepada pembaca dan pendengar Al Qur’an.
Di era globalisasi ini, kita dapati banyak manusia yang terserang penyakit kelabilan jiwa seperti depresi, sekrizopenia, sterss dan penyakit goncangan lainnya. Hasil penelitian belum lama ini, menunjukkan bahwa di kota-kota besar di Indonesia, terdapat satu orang yang terserang stress dari lima orang penduduk kota, artinya, jumlah orang stress mencapai 20% dari seluruh penduduk kendatipun jumlah ini tidak separah di Inggris yang mencapai 25% atau di Amerika yang mencapai 35%. Namun cukup memperihatinkan dan nampaknya semakin meningkat jumlahnya. Sehingga telah dicanangkan penambahan rumah sakit jiwa di beberapa kota, khususnya di Jakarta. Gejala meningkatnya jumlah manusia yang terserang goncangan jiwa ini disebabkan banyak hal, antara lain; persaingan ketat dibidang materi, tensi ekonomi yang semakin berat dan jauhnya mayoritas manusia dari manhaj Ilahi. Yang disebut terakhir ini, nampaknya penyebab paling dominan. Allah telah menegaskan hal tersebut dalam surat Thaha ayat 124, “Barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit”. Penghidupan yang sempit inilah yang menibulkan pelbagai tingkatan stress manusia.
Fadhilah membaca Al Qur’an amatlah besar. Orang yang belajar dan yang mengajarkannya digolongkan dalam kelompok orang-orang yang terbaik kualitas islamnya. Membacanya memperoleh pahala yang besar dari Allah. Setiap huruf mendapat satu kebaikan yang dilipatgandakan menjadi sepuluh kebaikan. Al Qur’an akan memberikan syafaat kepada para pembacanya di hari kiamat nanti. Dan yang jelas, serta telah dibuktikan secara ilmiah, membaca atau mendengarkan Al Qur’an mampu menurunkan ketegangan jiwa, menimbulkan ketenangan dan selanjutnya akan menambah daya imunitas tubuh.
Ketika kita sedang terjebak kemacetan di jalan raya atau berada dalam kondisi yang bisa menibulkan stress, sebaiknyalah kita mengisi waktu dengan dzikir atau mendengarkan ayat-ayat Al Qur’an daripada harus bengong tak karuan atau mendengarkan musik yang belum tentu berpahala.
DR. Ahmad Satori.
Senin, 11 Januari 2010
IKADI
Organisasi ini bernama Ikatan Da’i Indonesia yang disingkat dengan IKADI. Didirikan di Jakarta pada hari Jum’at, tanggal 1 Jumadil Ula 1423 H bertepatan dengan tanggal 12 Juli 2002 M. Asas dari organisasi IKADI adalah Islam.
C. Visi, Misi , Tujuan, Dan Kegiatan
a. Visi IKADI, adalah :
Menjadi Lembaga Profesi Da’i yang mampu mengoptimalkan potensi para da’i dalam menegakkan nilai-nilai Islam sebagai rahmatan lil ‘alamin.
2. Misi IKADI, adalah :
• Membangun pemahaman Islam berdasarkan al-Quran dan Sunnah sesuai manhaj ulama salafush shaleh bagi segenap umat manusia.
• Membangun sikap hidup berislam yang rahmatan lil ‘alamin.
• Menyebarkan, mengamalkan dan membela nilai-nilai Islam.
• Meningkatkan ukhuwah Islamiyah antara ummat.
• Meningkatkan kemampuan dan peran da’i dalam kehidupan berbangsa dan bernegara
IKADI
IKATAN DA’I INDONESIA
A. Latar Belakang
Problematika dakwah dan keumatan yang semakin hari semakin kompleks membutuhkan respon serius dari semua pihak terutama mereka yang berdiri di garis depan dalam melakukan advokasi terhadap umat yakni para dai. Problema dakwah yang disertai dengan perkembangannya yang pesat tentu saja membutuhkan sebuah wadah yang memberikan arahan pada umat melalui pembetukan wadah dai yang profesional, bermoral, misionir dan visionir dalam merancang dan merekayasa langkah-langkah, rencana dan aksi-aksi dakwah di masa depan. Wadah tersebut hendaknya bertujuan untuk memberdayakan dakwah dan dai dalam usaha merekonstruksi dan mereformasi pandangan umat terhadap tugas-tugasnya sebagai pemikul panji moralitas yang berdasarkan Al-Quran dan Sunnah. Baik moralitas sosial-politik, budaya maupun peradaban. Dengan demikian diharapkan lahir Islam yang memberikan makna rahmatan lil’alamin dalam dunia nyata, memberikan pembelaan terhadap nilai-nilai kebenaran, dan memiliki kepekaan yang tinggi terhadap nilai-nilai Islam yang universal.
Kompleksitas dakwah dalam menghadapi gelombang dan tantangan globalisasi memerlukan sebuah langkah-langkah yang progresif, proaktif, intensif, terencana, sistemis dan seimbang. Semua langkah ini diharapkan melahirkan pandangan baru umat yang melihat Islam sebagai pemberi solusi bagi semua persoalan umat dan kemanusiaan. Rancang bangun wadah dakwah ini bertujuan untuk memberikan pencerahan secara masif pada kaum muslimin agar mereka tidak terjerat dalam penyesatan-penyesatan yang menggelincirkan mereka dari jalan yang benar.
Obsesi untuk memberikan kontribusi positif dan memberdayakan potensi umat inilah yang mendorong kami para aktivis dakwah mendirikan wadah para dai yang kemudian kami namakan Ikatan Dai Indonesia (Ikadi).